Main Cast : Lee Saelin (a.k.a ELF)
Park Jung Soo (Super Junior)
Kim Heechul (Super Junior)
Other Cast : Lee Hanna (a.k.a ELF)
Cho Kyuhyun (Super Junior)
Lee Sungmin (Super Junior)
Shin Donghee (Super Junior)
Lee Hyukjae (Super Junior)
Mr. and Mrs. Lee (orangtua Lee Saelin dan Lee Hanna)
Genre : Romance, Drama
Rating : All Age
Length : 18 pages
♫♪ Prolog ♫♪
Kamis, 19 April 2007
“Kyuhyun? Kyuhyun? Kau dapat mendengarku? Kumohon bertahanlah,” isak Hyukjae kepada Kyuhyun. Kyuhyun yang sudah tergolek lemah melihat Hyukjae duduk di sebelahnya memegang erat tangannya. Ia hanya dapat menangis begitu menyadari kejadian yang baru saja terjadi. Tak jauh dari tempat Kyuhyun terbaring, Jung Soo yang setengah sadar tergeletak diatas aspal yang dingin dengan simbahan darah di wajahnya.
Begitu banyak darah yang mengalir dari kepalanya, namun ia tidak dapat merasakan sakit. Sekujur tubuhnya seakan mati rasa karena dinginnya udara yang menyentuh kulitnya. Dengan sisa kekuatan yang dimilikinya, Jung Soo berusaha melihat sekelilingnya. Ia ingin memastikan keadaan gadis itu. Tak sanggup lagi, ia pun pingsan tak sadarkan diri.
♫♪ PART I ♫♪
Rabu, 03 Juni 2009
Di bawah rintik-rintik hujan, Jung Soo lari menerobos dari mobil van yang ditumpanginya tanpa menghiraukan teriakan-teriakan ELF (fans Super Junior) yang spontan kaget akan kehadiran leader Super Junior itu.
Hyukjae hanya dapat menghela napas di dalam van sambil menggerutu kepada anggota lainnya.
”Sudah kubilang biar manager hyung saja yang membelinya. Mengapa dia masih bersikeras ingin membelinya sendiri?” keluhnya.
“Lihat kehebohan yang telah dibuatnya diluar sana.” pandangnya kearah luar jendela mobil. Heechul yang berada di sebelah Hyukjae, duduk diam mengikuti pandangan Hyukjae yang tertuju pada sosok Jung Soo yang berlari kecil kearah van dengan tangan kirinya memeluk sebotol jus strawberry dan tangan kanannya yang terus memegangi hoodie-nya yang hampir terjatuh.
Dengan tergesa-gesa Jung Soo membuka pintu van dan segera menutupnya kembali ketika sekumpulan gadis berseragam berlari mendekati mobil van.
“Gaja!” perintahnya.
Tanpa banyak berkata-kata, manager hyung yang juga merangkap sebagai supir pribadi Super Junior selama setahun belakangan itu segera menancap gas sebelum para fans yang lain mulai berkumpul mengelilingi mobil van mereka.
“Hyung apakah kau membelikanku minuman juga?” tanya Kyuhyun tiba-tiba yang menyembulkan kepalanya diantara bangku manager dan Jung Soo.
“Kau tadi tidak bilang ingin menitipkan minuman,” balas Jung Soo menengok kearah Kyuhyun yang sudah duduk kembali ke posisi semula.
“Aku bahkan baru ingin mengatakannya saat kau sudah berlari keluar hyung.”
Sang leader hanya terkikik geli melihat tingkah magnae-nya yang sudah memasang muka masam. Ia pun mengeluarkan sebotol air mineral dari dalam tas ranselnya, “Ini.”
Sementara magnae dan beberapa anggota lainnya selain Heechul hanya saling berpandangan melihat Jung Soo memberikan botol minum itu kepada Kyuhyun. Kyuhyun yang masih kebingungan segera tersadar setelah disenggol oleh Sungmin dan meraih minuman dari tangan Jung Soo, “Kansahamnida,” ucapnya sambil menundukkan sedikit kepalanya.
Walau sebenarnya tidak haus, Kyuhyun membuka tutup botolnya dan meminumnya seteguk sebelum akhirnya ia menutup kembali tutup minumannya.
“Ia memiliki minum dalam tasnya. Untuk apa dia..” katanya bingung.
Jung Soo yang tidak menyadari pandangan aneh dari dongsaeng-dongsaeng-nya meminum jus strawberry yang tadi telah dibelinya setelah memasang headphone dan memutar lagu She oleh Elvis Costello yang mengalun lembut di telinganya. Jung Soo memejamkan matanya dan mulai menikmati alunan lagu yang sangat dirindukannya itu, atau mungkin lebih tepatnya merindukan dia, gadis yang telah lama menghilang dari kehidupannya dan yang telah lama dirindukannya itu. Saelin.
PROK! PROK! PROK!
“Daebak!” puji Jung Soo pada gadis berambut panjang didepannya.
Gadis yang sedang memainkan lagu She itu seketika terlonjak dari tempat duduknya, “Ya! Oppa!” tegurnya pada Jung Soo.
Jung Soo yang semula berada di ambang pintu berjalan mendekat dan tersenyum kearah Saelin, “Kau ini… memang benar-benar hebat! Lain kali kau harus mengajariku piano, mengerti?” ucapnya jahil kepada Saelin yang sudah duduk menghadap Jung Soo.
“Tapi kau selalu memainkan lagu ini, apa judulnya?” tanya Jung Soo seraya mendorong pelan pundak Saelin dan duduk di sebelahnya.
“She.”
Belum selesai filmnya akan Saelin berputar, ia segera membuka matanya dan menengok ke belakang, “Ya! Aku bisa merasakan kalian memandangiku daritadi.” Seluruh anggota Super Junior, bahkan manager hyung spontan kaget mendengar teriakan Jung Soo.
***
“Unnie!” teriak Hanna sambil berlari menuju kakaknya yang sedang menyirami bunga-bunga di toko milik orangtuanya tersebut.
“Kau tahu tadi siang aku melihat siapa?” pekiknya.
Saelin tersenyum melihat kedatangan adiknya yang heboh namun segera melanjutkan kegiatannya.
“Leeteuk oppa! Kyaaa!” jeritnya pada kakaknya yang sudah menutup telinga mendengarnya.
Saelin tersenyum namun tiba-tiba teringat akan sesuatu yang membuat air mukanya berubah. Saelin melihat kearah pintu toko lalu meletakkan penyiram bunga yang digunakannya dan mengeluarkan sebuah note kecil dan pulpen dari dalam kantung celananya. Setelah ia menuliskan sesuatu pada note kecilnya tersebut, Saelin menunjukkan tulisan yang ditulisnya barusan kepada Hanna.
Kamu bicara pelan-pelan. Bisa-bisa umma memarahi kamu jika mendengarnya.
Melihat isi tulisan kakaknya, Hanna hanya menggeleng pelan, “Unnie tenang saja! Appa dan umma kan sedang kerja. Jarang sekali mereka berkunjung kesini pada jam segini” senyumnya pada kakak satu-satunya itu.
Saelin memang kakaknya yang paling ia sayangi karena memang Saelin-lah kakaknya seorang. Ditambah pula keterbatasan bicara yang diderita Saelin, membuat Hanna ingin selalu melindunginya. Masih diingatnya betul bagaimana keadaan kakaknya dua tahun lalu ketika berada di rumah sakit. Ia bahkan tidak mengenalinya.
“Oh iya unnie hm..” ucapnya ragu pada Saelin. “Aku butuh bantuan.”
Saelin yang masih bingung dengan arah pembicaraan tersebut pun memiringkan kepalanya. Sementara Hanna yang mengetahui kebiasaan kakaknya, langsung menyadari ketidakpahaman Saelin pada permintaannya. ” Maksudku... aku butuh teman.”
Hanna hanya bisa menundukkan kepala karena takut walaupun ia sendiri tak tahu apa yang harus ditakutinya. Dan ketika dengan segan ia mengangkat kepalanya, kakaknya masih memiringkan kepala tak paham, Hanna menghela napas.
“Aku membutuhkan teman untuk menonton Super Show 2 unnie. Kau tahu betul kalau aku sangat menyukai mereka bukan? Yah mungkin aku belum lama ini menyukai mereka, aku bahkan baru menyukai mereka. Kalau aku pergi menonton sendiri, aku tidak yakin..” belum selesai Hanna memberikan penjelasan, Saelin menepuk pundak adiknya dan tersenyum tulus.
Lalu tak berapa lama kemudian Saelin mengangguk mengerti dan berjalan menuju meja kasir. Hanna diam selama beberapa detik hingga akhirnya mengikuti kakaknya ke meja kasir.
“Apakah unnie baru saja menyetujuinya?” tanyanya ragu yang dijawab anggukan Saelin.
Tak percaya akan apa yang didengarnya, Hanna bertanya sekali lagi. Kali ini dengan suaranya yang lebih jelas, “Benarkah?” tanyanya senang. Dan untuk kedua kalinya Saelin mengangguk dengan mantap.
Tidak bisa menahan rasa senangnya, Hanna memeluk kakaknya dengan erat dan Saelin membalas pelukan Hanna.
Aku ragu appa dan umma akan menyetujui hal ini. Semoga ini keputusan yang terbaik.
Saelin ragu.
♫♪ PART II ♫♪
Senin, 08 Juni 2012
Heechul lengkap dengan syal tebalnya yang dilingkarkan di lehernya sampai menutupi mulut dan kacamata hitam berdiri di depan toko bertuliskan Flowerin. Sudah sering ia berkunjung ke tempat itu tetapi hanya berakhir berdiri di depan pintu toko tanpa masuk kedalamnya. Walaupun begitu, akhir-akhir ini Heechul telah beberapa kali memberanikan diri menginjakan kaki ke dalam toko bunga milik Saelin. Heechul yang hingga kini masih berdiri di depan pintu toko pun kali ini membulatkan tekad untuk masuk.
Ketika ia membuka pintu, dapat dilihatnya gadis itu. Saelin yang menyadari kedatangan Heechul segera menghampiri Heechul dan memberikan senyuman ramah, senyuman yang amat dirindukan Heechul. Heechul lantas langsung membalas tersenyum.
“Aku ingin membeli bunga aster,” pintanya setelah melepas syal dan kacamatanya. Saelin berjalan kearah kumpulan pot-pot berisi bunga aster beraneka macam warna diikuti Heechul dari belakang.
“Yang berwarna merah,” lanjutnya.
Gadis itu berhenti dan mengambil salah satu pot, memotong sedikit bagian batangnya dan dengan gesit membungkusnya, kemudian memberikannya kepada Heechul. Heechul terus memperhatikan Saelin tanpa disadarinya hingga akhirnya Saelin mempergokinya. Heechul salah tingkah.
“Ah.. Kansahamnida,” katanya mengambil bunga aster tersebut. Heechul tidak dapat menutupi kegugupannya dan segera berpaling dari hadapan Saelin.
“Jadi berapa harganya?” tanyanya sambil berjalan kearah meja kasir, namun dalam sekejap tiba-tiba ada sesuatu yang menahannya. Langkahnya terhenti dan ia berbalik. Heechul menatap heran namun ada seberkas harapan pula muncul didalam hatinya. Mungkinkah..
Saelin berdiri memegang note yang diacungkan kearah Heechul.
Apakah kau Heechul Super Junior?
Jantung Heechul berdetak cepat seakan harapannya benar-benar terwujud. Ia mengangguk kecil, masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Saelin mengenalinya.
Tangannya berkeringat dingin memegang bunga. Berharap Saelin tidak akan mendengar detakan jantungnya. Rasanya ia ingin segera memeluk gadis itu. Dua tahun lamanya, ia berpura-pura tidak mengenalinya.
Bolehkah aku meminta tandatanganmu?
Seketika itu juga Heechul tersadar dari mimpinya dan kembali pada kenyataan pahit. Ia memerlukan gadis itu. Ia sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Kim Heechul sudah tidak sanggup lagi melanjutkan kepura-puraannya. Meski ia akan menyesalinya, ia tak akan mundur lagi.
“Kupikir kau sudah mengingatku. Ternyata ingin meminta tandatangan,” senyumnya sedih. Saelin terkejut mendengarnya. Ia buru-buru menulis pada note-nya.
Kau mengenaliku?
Tentu saja, pikir Heechul dalam hati. Heechul hanya mengangguk singkat. “Tak kusangka akan membutuhkan waktu lama untuk membuatmu mengenaliku.” katanya.
“Kau benar-benar sahabat yang buruk, tidak dapat mengenali temanmu.” tambahnya. “Hah.. yang benar saja. Heechul Super Junior.” Heechul tersenyum kecut.
“Apa kabar?”
Heechul meraih tangan Saelin untuk berjabat tangan. Sementara Saelin menyambut tangan Heechul dan mempersilahkan Heechul duduk di bangku meja kasir. Walau awalnya Saelin dan Heechul agak sedikit kikuk antara satu sama lain, tidak butuh waktu lama bagi mereka berdua mengobrol dengan akrab. Kedua teman lama yang sedang reuni itu mulai membahas satu per satu masa kecil keduanya.
♫♪ PART III ♫♪
Sabtu, 13 Juni 2009
Hati Saelin benar-benar sangat senang saat ini. Apa lagi yang tidak lebih membahagiakan baginya selain bertemu sahabat lama dan berita kesembuhan tangannya. Ia dapat mengingat masa lalu yang sempat dilupakannya sekaligus kemampuan berbicaranya berkembang lebih pesat sejak pertemuannya dengan Heechul. Setidaknya ia sudah bisa berbicara beberapa kata.
Hari ini Saelin dan Heechul berkunjung ke sebuah toko musik di Nakwon, setelah sebelumnya menemani Saelin melakukan check-up di rumah sakit.
“Anggap saja ini ucapan selamat dariku karena tanganmu sudah sembuh.”
Heechul mengambil salah satu headphone yang tersedia dan meletakannya pada telinga Saelin. Ia memilih lagu dan sesaat kemudian Saelin dapat mendengar alunan piano dari headphone tersebut.
She..
Maybe the face I can’t forget
The trace of pleasure or regret
Maybe my treasure or the price I have to pay
She maybe the song the summer sings
Maybe the chill the autumn brings
Maybe a hundred different things
Within the measure of a day
Lagu masih berputar tetapi seakan ada sesuatu yang memaksa ingin keluar dari dalam kepalanya. Ingatan-ingatannya ketika memainkan lagu She muncul secara acak. Bahkan dalam ingatannya, ia dapat melihat Heechul tersenyum padanya sambil bertepuk tangan. Lalu ada bayangan seseorang yang memainkan lagu itu dengannya. Muka orang itu yang sedang tertawa secara cepat terputar dari dalam kepala Saelin. Kepalanya terasa sakit.
Heechul baru saja kembali dari meja kasir. Ia berusaha memanggil Saelin namun gadis itu tidak mendengarnya. Saelin melepas headphone dari kepalanya. Mukanya pucat.
“Kau tidak apa-apa?” tanyanya panik. “Ayo lebih baik kita pulang.”
Heechul menarik tangan Saelin sementara Saelin berjalan mengikuti Heechul. Ingatan-ingatannya masih bermunculan tidak terkontrol. Ia sudah tidak tahan lagi akan rasa sakitnya itu. Heechul yang berjalan didepannya segera merangkul Saelin. Takut-takut gadis itu pingsan melihat kondisinya sekarang.
“Heechul-ssi tolong berikan pendapat anda mengenai rumor tentang kasus kecelakaan yang menewaskan seorang perempuan dua tahun lalu?” tanya seorang paparazzi ketika Heechul dan Saelin keluar dari toko musik.
“Apakah benar perempuan tersebut adalah kekasih salah satu anggota Super Junior?”
“Tolong berikan komentarmu, Heechul-ssi.”
“Benarkah perempuan itu bernama Lee Saelin?”
“Tetapi ada sumber mengatakan bahwa Lee Saelin-ssi masih hidup. Benarkah hal itu?”
“Heechul-ssi siapa perempuan disebelahmu? Bisa tunjukkan mukamu, nona?”
Puluhan wartawan mendadak memenuhi pintu masuk toko. Serangan pertanyaan bertubi-tubi kepada Heechul. Heechul sendiri bingung dengan situasinya saat ini. Saelin disampingnya harus segera pulang, pikirnya.
“Maaf, maaf. Permisi.” sahut manager Heechul yang muncul dari balik kerumunan wartawan. “Ayo ikut aku.”
Beruntung manager hyung membantu Heechul dan Saelin keluar dari tempat itu. Mereka pun memasuki mobil van dan manager hyung segera tancap gas meninggalkan daerah parkir toko tersebut.
Heechul memandang keluar jendela. Memperhatikan kumpulan wartawan yang masih berada di depan pintu toko. Ia masih kaget. Ini benar-benar seperti mimpi terburuknya. Ia takut menoleh kearah Saelin sehingga ia hanya memperhatikan Saelin dari pantulan bayangan di kaca. Saelin duduk disebelah Heechul bersandar pada kaca mobil. Rasa takut dan syok bercampur jadi satu. Perasaan yang pernah dialaminya dulu. Déjà vu. Matanya terasa berat. Sebuah rekaman kejadian terulang dalam ingatannya. Ia pun memejamkan matanya.
“Saelin-ah. Kumohon jangan.” pinta Heechul. “Terlalu banyak fans disana.”
“Tapi..”
“Aku tahu banyak fans yang menerormu. Aku bukan Jung Soo yang bisa kau bohongi. Kau kira sudah berapa lama aku mengenalmu?” geramnya.
Saelin duduk di sebelah Heechul memperhatikan radio Sukira dari luar. Ia bisa melihat beberapa pelajar mondar-mandir keluar dari gedung radio Sukira. Meski ia takut mengakuinya tetapi Jung Soo sudah berjanji untuk menemuinya seusai Sukira. Ia harus percaya padanya.
“Tenang saja. Oppa akan menjagaku, Heechul-ah,” balasnya berusaha tetap tenang.
Heechul hanya mengangguk singkat. Ia sedih setiap kali Saelin memanggil Jung Soo dengan sebutan oppa. Heechul memang lebih tua beberapa bulan dari Saelin, namun Saelin tak pernah sekalipun memanggilnya dengan sebutan itu. “Baiklah.”
Saelin tersenyum dan membuka pintu mobil. Ia berjalan memasuki gedung. Saat akan masuk ke ruang radio, beberapa fans menatapnya sinis. Ada fans yang saling berbisik sambil tetap melihat kearahnya. “Kau datang!” teriak Jung Soo sambil memeluk Saelin.
“Gaja! Kau ikut ke dorm kami ya. Hankyung dan Ryeowook katanya masak banyak makanan hari ini karena aku bilang bahwa kau akan mampir.” ucapnya.
“Apakah itu tidak terlalu berlebihan?”
“Tentu saja tidak. Kita sudah lama tidak makan bersama.” sahut Jung Soo ringan.
Saelin masih bisa merasakan tatapan para fans dari balik kaca ruangan di radio Sukira namun ia berusaha untuk tidak terlalu memperlihatkan rasa takutnya. Kyuhyun, Donghee dan Hyukjae yang berada di ruangan yang sama, menyapa Saelin. “Noona kalau kau bosan dengan Jung Soo hyung, kau bisa datang padaku,” ucap Kyuhyun jahil sementara anggota lainnya tertawa mendengarnya, Jung Soo setengah berteriak, “Ya!”
Saat berjalan menuju mobil van, banyak fans mengikuti mereka. Heechul bisa melihat dari balik kemudi mobilnya, Jung Soo menggandeng tangan Saelin berjalan kearah mobil van. Ia tahu ia sudah terlambat.
Tiba-tiba seorang fans menarik rambut Saelin yang sontak membuat Heechul kaget. Kyuhyun, Shindong dan Hyukjae langsung melindungi Saelin dari para fans lain yang juga mencoba melukainya. Jung Soo menarik tangan Saelin yang masih syok dan mempercepat langkahnya. Ia membuka pintu mobil sampai sebuah benda melayang dan jatuh persis di kepala Saelin. Jung Soo langsung memarahi sang pelempar telur tapi orang itu berhasil kabur.
“Ada apa dengan mereka?” gerutu Hyukjae ketika mobil sudah melaju meninggalkan kawasan gedung Sukira. Jung Soo membantu membersihkan sisa telur yang masih menempel pada rambut Saelin. Ia tahu Saelin masih syok. Saelin sendiri tidak banyak berkata-kata saat itu. Saelin memandang keluar jendela dan memperhatikan sebuah mobil yang sejak dari Sukira, mengikuti van mereka. Tiba-tiba mobil itu menyalip dari kiri mobil van. Dalam hitungan detik, van lepas kendali.
***
Saelin tepat terbangun ketika van Super Junior berhenti di depan rumahnya. Heechul yang duduk di dekat pintu mobil membukakan pintu dan turun. Saelin pun turun dari mobil dan mengucapkan terima kasih atas tumpangannya dengan sedikit menunduk. Keadaannya lebih baik setelah tidur beberapa saat selama perjalanan.
“Aku tahu kau pasti ingin menanyakan banyak hal padaku, tetapi lebih baik sekarang kau beristirahat. Aku akan mengurus semuanya.” katanya lalu berpamitan pada Saelin. Heechul masuk kedalam van dan mobil itupun pergi. Ia menghela napas. Pandangannya kosong.
Heechul berlari di koridor rumah sakit mencari ruang ICU. Ia mendengar suara isakan Mrs. Lee dan berusaha menemukan asal suara. Kemudian ia menghampiri dokter yang tadi berbicara dengan pasangan Mr. dan Mrs. Lee tersebut.
“Bagaimana keadaannya dok?” tanyanya.
“Pasien sudah melewati masa kritis. Bagian tulang kirinya ada yang bergeser dari tempatnya sehingga ia akan membutuhkan waktu untuk sembuh total tetapi kita akan terus memantau perkembangannya dan harus menunggunya siuman untuk mengetahui lebih lanjut.” terang dokter itu.
Heechul dapat bernapas lega mendengar hal itu, hingga beberapa hari kemudian Saelin pun sadar. Ia masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Saelin tidak mengenalinya, bahkan kedua orang tuanya. Ia sangat terpuruk saat itu. Namun ternyata ada hal yang lebih buruk dari itu. Saelin tidak bisa berbicara semenjak kecelakaan tersebut. Menurut keterangan orangtua Saelin, itu akibat pasca-trauma dan semenjak itu pula, mereka memutuskan untuk menyatakan bahwa Saelin meninggal kepada SM Entertainment. Sebab mereka harus mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk. Kemampuan berbicara Saelin akan hilang untuk selamanya.
Heechul mengingat jelas kejadian itu. Orangtua Saelin melakukan ini demi kebaikannya, pikirnya. Alasannya menyembunyikan keberadaan Saelin dari semua orang. Walau mungkin alasan terbesarnya adalah menyembunyikan Saelin dari Jung Soo. Ia tahu ia salah, namun ia sudah berjanji pada orangtua Saelin pula. Ia terlalu mencintainya, sejak dulu, meski ia tak pernah menyadarinya. Hanya ini kesempatannya. Bisa dibilang inilah kesempatan keduanya.
***
Hanna membuka pintu untuk Saelin. “Unnie.. apakah kau sudah mendengar berita?” tanyanya khawatir. Saelin mengangguk, “Ya.” jawabnya pelan.
“Unnie! Kau bisa berbicara!” Hanna tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Ia menarik tangan kakaknya, “Kita harus beritahu appa dan umma.”
Saelin menahannya. “Aku mengingatnya. Semuanya.”
♫♪ PART IV ♫♪
Kamis, 18 Juni 2009
“Aku tidak tahu bagaimana para wartawan mengetahui kematian nona Lee Saelin. Tapi kalian tahu bahwa ini dapat berdampak buruk pada aktivitas kalian bukan?” tanya Soo Man pada seluruh anggota Super Junior.
“Aku akan berusaha sebisaku untuk mengurangi semua kehebohan ini tetapi kita butuh konferensi pers. Kalian tahu apa yang harus kalian perbuat.” jelasnya. “Jika konferensi pers masih tidak mempan, terpaksa Super Show 2 harus kubatalkan.” Anggota Super Junior saling berpandangan mendengarnya kecuali Jung Soo dan Heechul. Jung Soo mendadak mengangkat tangannya dan Lee Soo Man mempersilahkannya berbicara.
“Aku yang akan bertanggungjawab. Aku yang akan meredam masalah ini tapi kau harus berjanji untuk menyetujui apapun yang kukatakan nanti dan Super Show 2 tetap berjalan.”
“Baiklah.”
***
Saelin membuka pintu dan lagi-lagi mendapati sebuah kotak berbungkus kertas kado di depan pintu. Ia membawa masuk kotak itu kedalam kamarnya. Ketika dibukanya terdapat selembar foto didalamnya. Fotonya ketika masih menjadi trainee di SM Entertainment telah tergores-gores dengan benda tajam, hampir tidak dikenalinya. Terdapat tulisan “mati” di bagian belakang lembar foto.
Lalu ia mengambil gulungan kertas didalam kotak tersebut. Gulungan kertas itu ternyata adalah foto-fotonya yang ditempel acak yang kemudian dituliskan beberapa kalimat diatasnya.
Lebih baik kau mati. Kau hanya mencari sensasi dengan berpura-pura mati. Lebih baik kau benar-benar mati daripada berpura-pura bagaimana?
Saelin menggulungnya kembali setelah membaca tulisan itu. Itu sudah kotak kesekian kali ia terima dalam minggu ini. Mungkin ketika menerima kotak terror pertama kali, Saelin merasa resah dan takut namun ia sudah mulai terbiasa dengannya saat ini. Aku harus menemuinya..
♫♪ PART V ♫♪
Sabtu, 20 Juni 2009
Seluruh wartawan telah berkumpul di ruangan konferensi pers. Jung Soo dan kedua manager-nya sudah duduk di meja yang berada di depan ruangan.
“Aku akan mengklarifikasi mengenai gadis bernama Lee Saelin,” katanya.
“Ia adalah sahabatku yang memang pada saat kejadian ikut didalam mobil van kami. Itu adalah kesalahanku karena mengajaknya ikut. Dan aku harus membenarkan rumor mengenai berita bahwa ia meninggal.” ucapnya sambil berdiri, ”Sudah lama aku ingin melakukan ini. Aku meminta maaf kepada keluarga Lee Saelin atas kelalaianku. Sekaligus menyatakan bahwa aku akan mengikuti wajib militer dalam beberapa hari lagi sebagai permintaan maafku.” katanya seraya menunduk dan kemudian duduk kembali.
“Kami hanya akan menjawab dua pertanyaan. Siapa yang akan bertanya terlebih dahulu?” tanya salah satu manager di sebelah Jung Soo.
“Benarkah ada kabar bahwa ternyata Lee Saelin-ssi masih hidup?” tanya seorang wartawan. “Menurut informasi yang saya peroleh, Lee Saelin dinyatakan meninggal oleh kedua orangtuanya.” jawab Jung Soo.
“Benarkah Lee Saelin-ssi adalah kekasih dari salah satu anggota Super Junior?”
Jung Soo kaget mendengarnya. “Kami tidak akan menjawab diluar masalah kecelakaan.” jelas manager Jung Soo. “Sekian konferensi pers hari ini.”
***
Saelin bingung. Ia baru saja menonton siaran langsung konferensi pers Jung Soo. Ia ingin menangis rasanya. Ia sedih melihat Jung Soo seperti itu. Ia ingin mengatakan pada Jung Soo bahwa ia masih hidup. Ia rindu padanya. Ia tidak suka melihat Jung Soo diserang puluhan wartawan seperti itu. Ia tidak punya cara lain. Ia harus menemuinya. Saelin mengambil handphone-nya dan mengetik pesan untuk Heechul.
Aku akan ke SM Entertainment. Temui aku disana.
***
Saelin berjalan menyusuri jalan setapak. Ia sudah bisa melihat gedung SM Entertainment. Dengan langkah pasti ia berjalan mendekat. Puluhan fans yang sudah memenuhi gedung, memandang Saelin dengan tatapan jijik, tatapan yang pernah dialaminya dua tahun lalu. Mungkinkah ia sudah merasa kebal dengan tatapan itu? Saelin tidak pasti.
Ia mencoba masuk sebelum akhirnya seorang satpam menghampirinya. “Maaf wartawan dilarang masuk.”
“Aku.. ingin bertemu.. Park Jung Soo,” katanya terputus-putus. “Siapapun selain bekerja disini, dilarang masuk.” balas satpam tersebut.
Saelin berbalik menjauh dari pintu. Ia berdiri di dekat salah satu pohon. Mencoba menunggu Jung Soo keluar dari gedung. Menunggunya melihatnya. Menunggunya mengetahui keberadaannya. Ia rindu pada Jung Soo.
“Hei unnie!” panggil seorang perempuan dengan beberapa perempuan dibelakangnya. “Apakah kau Lee Saelin-ssi?” tanyanya sinis.
Saelin berdiri mematung memandangi mereka semua mengelilinginya.
“Apakah kau benar-benar bisu sampai tidak bisa menjawabku hah?” bentaknya. Saelin sempat mundur beberapa langkah karena terlonjak kaget. “Sekarang jawab, unnie. Apakah kau memang begitu ingin tenar sehingga kau berpura-pura mati?” ucapnya sambil mendorong Saelin hingga terjatuh. Saelin dapat merasakan air matanya hampir mencapai ujung matanya. “Kalau kau ingin mati, mati saja. Tidak perlu kau menghancurkan reputasi Super Junior oppadeul, Lee Saelin-ssi.”
“Dan untuk apa kau sekarang datang kemari?” tanya perempuan di sebelahnya dan kemudian dia menjawabnya sendiri, “Oh aku tahu. Kau ingin berpura-pura mencari muka dengan meminta maaf bukan?” tawanya sinis. “Kau benar-benar tidak dapat dipercaya.”
Dengan kemampuan berbicaranya yang belum sempurna, Saelin mencoba bersikap tegar. Ia menggigit bibir bawahnya dan berdiri. Dengan sekuat tenaga ia menahan air matanya yang hampir terjatuh. “Aku.. ingin minta maaf.” balasnya terbata-bata.
“Aku tidak peduli dengan alasanmu, unnie. Aku tidak akan tinggal diam jika Super Junior hancur karena dirimu.” ancamnya sambil mendorong salah satu pundak Saelin.
“Ya!” teriak Heechul dari pintu gedung. Ia mendatangi Saelin, serta berdiri menengahi kedua belah pihak yang sedang berseteru.
“Maaf oppa.” ucap semua perempuan itu kepada Heechul dan pergi. Heechul baru saja akan menegur Saelin yang tetap datang ke gedung SM Entertainment ketika terdengar suara teriakan dari kumpulan perempuan yang tadi memarahi Saelin.
“Kya.. oppa!”
“Jung Soo-ah” ucap Saelin pelan. Saelin melihat Jung Soo memasuki mobil van dan van tersebut melaju begitu Jung Soo menutup pintu. Ia spontan lari mengejar van yang ditumpangi Jung Soo.
“Jung Soo-ah” panggilnya dengan suara pelan. Walau kemampuan bicaranya sudah kembali, ia masih sulit berbicara dengan nada tinggi. Padahal ia sangat ingin meneriakan nama Jung Soo namun sangat sulit baginya. Ia berlari melewati kumpulan perempuan barusan dengan susah payah karena mereka berusaha menghalanginya. Tanpa disadarinya, salah satunya sengaja mendorong Saelin dari belakang. Saelin tidak bisa menutupi rasa sedihnya lagi. Tangisnya pecah sambil tetap membisikkan nama Jung Soo, “Jung Soo-ah.”
Sebuah mobil sedan menghampiri Saelin. Kaca mobilnya terbuka dan dilihatnya Heechul duduk di balik kemudinya. “Cepat masuk.”
Heechul tahu kesempatannya akan hilang tapi ia tidak bisa melihat Saelin menderita seperti ini lagi. Ia tahu bahwa waktunya memang sudah habis bersama dengan kesempatannya yang hilang untuk kedua kalinya. Saelin tanpa berpikir dua kali masuk kedalam mobil dan mobil mengejar mobil van Jung Soo.
“Dia mempunyai jadwal radio Sukira hari ini.” katanya pada Saelin.
“Heechul-ah.. aku tidak mau ia merasa bersalah.” isak Saelin. “Aku.. Aku.. minta maaf..”
Heechul tidak bisa melihatnya dalam kondisi seperti ini. Ia tidak sanggup. Saelin akan mengetahui perasaannya jika sebentar saja, ia lepas kontrol. “Di depan itu gedung Sukira. Kau tahu jalannya kan?” tanyanya.
Saelin mengangguk. “Ya.” Bangunan ini tentu diingatnya betul, pikirnya.
“Ah! Program radio Sukiranya sudah mulai,” celetuk Heechul tiba-tiba.
Heechul menyalakan radio dalam mobilnya sementara Saelin mengambil handphone-nya dan menghubungi radio Sukira. Terdengar nada sambung..
“DJ Leeteuk disini, siapa dan dari mana ini?” tanya Jung Soo dengan nada seceria mungkin. Saelin menangis mendengarnya. “Halo?” panggil Jung Soo lagi.
“Aku.. ingin meminta diputarkan lagu She oleh Elvis Costello,” jawab Saelin masih terbata-bata. Ia berusaha untuk menyembunyikan isak tangisnya. Sementara Jung Soo menjawab ragu, “Baiklah, kita akan memutar lagu She oleh Elvis Costello dari penelpon rahasia kita hari ini.”
Ketika lagu sedang diputar, Jung Soo menutup mic di depannya dengan tangan dan meminta kru mematikan mic yang sedang ia gunakan. Setelah itu ia segera memanggil si penelpon misterius. Ia yakin bahwa itu adalah Saelin.
“Saelin-ah..” Jung Soo memanggil dengan nada sedikit bergetar. Ia ingin sekali menangis ketika mendengar suara Saelin pertama kali tadi.
“Aku belum meninggal, babo-ah” balas Saelin di seberang dengan sedikit tertawa. Ia semakin ingin bertemu dengannya. “Aku di depan Sukira. Temui aku.” Jung Soo sangat senang mendengarnya. Seakan semua masalah lenyap, ia lalu melanjutkan, “Aku akan segera keluar. Sekarang.” Ia tidak peduli lagi. Ia ingin sekali bertemu dengannya. Ia amat merindukannya dan ia mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengannya lagi. Setelah meminta Hyukjae mengambil alih, ia berjalan keluar.
Saelin keluar dari mobil Heechul dan ia dapat melihat Jung Soo baru saja keluar dari gedung Sukira. Saelin tidak dapat mengontrol rasa bahagianya lagi. Tanpa pikir panjang, ia langsung menyebrangi jalan.
BRUK!
Jung Soo diam di tempat. Ia tak sanggup bergerak begitu melihat kejadian itu. Begitu cepat. Terlalu cepat. Kejadiannya terlalu cepat..
Heechul berlari keluar dari dalam mobil. Mukanya pucat pasi. Ia segera duduk bersimpuh dengan Saelin tergeletak di depannya. “Aku akan panggil ambulans. Bertahanlah.” Heechul setengah menangis ketika berteriak pada Jung Soo, “Panggil ambulans!”
Jung Soo tersadar dan berjalan mendekat. Ia menghubungi 119 sambil meneteskan air mata, “Tolong secepatnya ke depan gedung radio swasta Sukira di jalan ******.” Setelah Jung Soo menutup telepon, tangan Saelin bergerak menghapus air mata Jung Soo.
“Jangan menangis. Kau sudah memenuhi janjimu. Kau sudah terkenal. Sesuai janji, aku adalah ELF-mu” bisik Saelin dan kemudian ia tertawa kecil. “Aku minta maaf. Aku muncul secara tiba-tiba. Apakah kau terkejut dengan surprise-ku?” tanyanya sambil tersenyum lemah.
Jung Soo tidak bisa menahan tangisannya lagi. “Kau sangat kejam. Muncul kemudian akan pergi meninggalkanku lagi.” sementara Heechul disebelahnya memandang sedih kearah Saelin. Sekali lagi ia akan kehilangannya. Ia tidak bisa berpikir apapun lagi.
“Jung Soo-ah, tetaplah kau menjadi bintang di kehidupan mendatang. Aku yang akan pergi mencarimu. Dulu, sekarang, dan besok. Aku akan tetap mencarimu” ucapnya. Matanya tertutup.
cc: Park Jungsu Indonesia
I made this fanfiction in order to watch Super Show 4 in Indonesia. and I hope you could give your opinion about my fanfiction, so I could increase my writing skill :) thank you everyone <3